Materi Sosialisasi Kesehatan di Kota Qom, Iran Tentang Asam Urat oleh dr. Dian Islamiati, MD.

Materi Sosialisasi Kesehatan di Kota Qom, Iran Tentang Asam Urat oleh dr. Dian Islamiati, MD.

Definisi Asam Urat

asam urat merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh untuk mengurai purin. Purin merupakan zat alami yang memiliki beberapa fungsi penting bagi tubuh seperti mengatur pertumbuhan sel hingga menyediakan energi. Penyakit Asam Urat. Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh penumpukan asam urat pada sendi yang akan membentuk Kristal tajam seperti jarum. Kondisi ini dapat menyebabkan respon peradangan pada sendi dan menimbulkan serangan gout. Kadar normal asam urat: Pria: 3.5-7 mg/dl dan Wanita: 2.6-6 mg/dl.
Serangan nyeri pada sendi terutama sendi ibu jari kaki. Bisa pada pergelangan kaki, lutut, siku, pergelangan tangan, atau jari-jari tangan. Lebih dari 1 serangan Pada sendi yang bersifat akut. Nyeri hebat biasanya pada sendi ibu jari kaki, terutama pada malam hari. Respon inflamasi kemerahan, bengkak, kulit terasa hangat, terganggunya fungsi sendi.
Banyak mengkonsumsi minuman dengan kadar gula tinggi dan alkohol; diet mengandung tinggi zat purin (daging merah, hidangan laut, jeroan, dll); jarang mengkonsumsi air putih.; obat-obatan pengencer darah (aspirin), diuretik; kemoterapi; obesitas dan faktor risiko lainnya.
Hiperurikemia menimbulkan penimbunan Kristal asam urat pada sendi, ginjal (batu ginjal), tulang atau tulang rawan. Nyeri hebat pada pinggang bila terdapat batu ginjal akibat penumpukan asam urat di ginjal.
Cara mengobatinya dengan istirahat dan kompres es pada sendi. Obat anti inflamasi untuk serangan asam urat: NSAIDs, steroid, colchicine. Pencegahan dengan mengkonsumsi air putih yang cukup; membatasi makanan berzat purin tinggi; membatasi minuman dengan kadar gula tinggi dan alcohol; mengurangi berat badan dan olahraga; konsumsi cukup air putih bisa membantu pengeluaran kelebihan asam urat sehingga dapat mencegah pengendapan asam urat pada sendi maupun ginjal. Hindari makanan dengan purin tinggi:
jeroan (hati, ginjal, jantung, otak); daging merah (sapi, kambing, ham, sosis); dan hidangan laut (sarden, kerang, tuna). Apakah ada bahan makanan yang perlu dibatasi? Makanan dibatasi adalah Anda masih diperbolehkan mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Namun, perlu dibatasi jumlah dan frekuensi konsumsinya.

Bagaimana cara menghitung Berat Badan ideal?

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan gambaran proporsi tubuh seseorang dengan menggunakan rumus berikut.

Hal yang Perlu Diperhatikan:
Olah bahan makanan dengan cara direbus, dikukus, diungkep, ditumis, dipepes, dan dipanggang. Batasi konsumsi makanan dengan kandungan garam tinggi (asinan, ikan dan daging kalengan, saus botolan, kecap, bumbu penyedap, ekstrak kaldu). Banyak konsumsi sayur (tomat, selada, loak, timun, wortel, labu, terong, kacang panjang) dan buah-buahan minimal 5 porsi sehari (400 gr). Tingkatkan cita rasa makanan dengan bumbu-bumbu seperti: bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lada, gula, jeruk nipis.

Materi Sosialisasi Kesehatan di Kota Qom, Iran Tentang Kolesterol oleh dr. Dian Islamiati, MD.

Materi Sosialisasi Kesehatan di Kota Qom, Iran Tentang Kolesterol oleh dr. Dian Islamiati, MD.

apa itu kolesterol?

Kolesterol merupakan senyawa lemak yang berasal dari 2 sumber, satu dari diet makanan yang kita konsumsi (seperti telur, keju, daging) dan satu lagi diproduksi oleh organ hati. Kolesterol sendiri penting bagi tubuh karena bermanfaat dalam pembuatan vitamin D maupun hormone
Namun, ketika kadar kolesterol dalam tubuh tinggi maka akan menyebabkan resiko beberapa penyakit akan meningkat. Apakah teman2 bisa menyebutkan penyakit apa saja yg perlu diwaspadai? Penyakit jantung maupun stroke. Bagaimana kita dapat mencegah resiko penyakit tersebut dengan melakukan pemeriksaan kolesterol dalam darah.
Sekarang, kita perlu tahu apa saja komponen kolesterol dalam darah kita. Kolesterol Total terdiri dari = Trigliserida, HDL (kol baik) dan LDL (kol jahat). kolesterol baik dalam tubuh kita berperan untuk mencegah terjadinya penyempitan dalam pembuluh darah akibat lemak jahat yang menumpuk. kolesterol jahat sendiri dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak lemak pada dinding pembuluh darah. Jadi, ketika pembuluh darah yang awalnya bulat utuh ketika ada penumpukan lemak ¼ atau ½ nya sehingga hanya tersisa ¾ atau ½ bundar maka jalur aliran darah akan menyempit. Trigliseride ketika bergabung bersama kolesterol jahat dapat menyebabkan resiko penyakit jantung coroner
Ketika kadar kolesterol baik tinggi dalam darah maka akan menurunkan resiko penyakit jantung. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai kolesterol baik maka resiko penyakit jantung semakin tinggi. Mengapa bisa seperti itu?? HDL (kol baik) akan mengajak LDL yang berada pada pembuluh darah menuju ke hati, dimana LDL akan dihancurkan dalam hati dan dikeluarkan dari tubuh kita. Kadar HDL tinggi adalah lbh dari sama dengan 60 (indikasi yg bagus bagi kita) sementara kadar rendah HDL pada pria adalah kurang dari 40 dan pada wanita kurang dari 50 Kolesterol jahat, karena LDL bersifat jahat maka lebih baik kadarnya dalam darah pada tingkat yang rendah atau bisa ditolerir oleh tubuh yaitu kurang dari 100. Kadar kolesterol yang sangat tinggi lbh dari 190 dimana ini indikasi berbahaya bagi tubuh kita.
Dari table yang tersedia, bisa kita lihat bahwa kolesterol total sebaiknya kurang dari 200, kolesterol jahat sebaiknya kurang dari 100, trigliseride kurang dari 200 dan kolesterol baik lebih dari 60. Apa gejala kolesterol tinggi? Karena tidak memiliki gejala khusus sehingga perlu dilakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali untuk mengontrol kadar kolesterol dalam darah.

Apa saja penyebab kolesterol tinggi?

Pertama ada dari diet makanan yang tidak sehat seperti gorengan, mentega, kuning telur, fast food karena makanan2 ini mengandung banyak lemak jenuh dimana tidak baik untuk tubuh. Ketika badan jarang beraktifitas atau kurang olahraga maka akan meningkatkan penumpukan lemak. Begitu pula dengan kebiasaan merokok, konsumsi alcohol, BB berlebih/obesitas. Seseorang dengan penyakit hipertensi maupun diabetes memiliki factor resiko yang lebih tinggi menyebabkan kolesterol tinggi. Kadar kolesterol dalam darah akan meningkat dengan semakin bertambahnya usia seseorang, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan darah berkala.

Apa bahaya dari kolesterol tinggi?

Hiperkolesterolemia atau kolesterol tinggi dalam darah adalah factor resiko utama penyebab penyakit jantung ataupun stroke. Bagaimana mekanisme terjadinya? Tingginya kadar kolesterol dalam darah menyebabkan penumpukan plak lemak pada dinding pembuluh darah sehingga semakin meyempitnya saluran pembuluh darah, yg akhirnya menyebabkan aliran darah tidak lancar. Sehingga darah tidak akan mudah terkirim ke jantung maupun otak (stroke)

Bagaimana mencegah kolesterol tinggi?

Pola makan sehat, batasi atau hindari makanan yang mengandung lemak jenuh ataupun alcohol. Makanan yang dapat membantu menurunkan kolesterol dalam darah 2-3 porsi ikan per minggu, kacang2 an (almond, kacang merah), apel, anggur, jeruk, kedelai dan produk olahannya, makan sayur dan gunakan minyak tanaman (minyak kanola, bunga matahari, zaitun). Turunkan BB dapat mengubah kadar kolesterol total dalam tubuh dengan meningkatkan kolesterol baik/HDL. Aktifitas fisik/olahraga secara teratur dapat mengubah kadar kolesterol total dalam tubuh dengan meningkatkan kolesterol baik/ HDL. Dianjurkan untuk berolahraga setiap hari selama 30-60 menit (jogging, lari, bersepeda, berenang). Kebiasaan merokok perlu dihentikan karena merokok dapat menyebabkan kol. Jahat lebih menempel/stuck pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah menyempit. Bagi penderita dengan LDL/kolesterol jahat tinggi sebaiknya diresepkan obat.

Materi Sosialisasi Kesehatan di Kota Qom, Iran Tentang Diabetes oleh dr. Muhammad Alhusseini Ba’bud, MD

Materi Sosialisasi Kesehatan di Kota Qom, Iran Tentang Diabetes oleh dr. Muhammad Alhusseini Ba’bud, MD

Diabetes

Apa Itu Diabetes (Gula Darah Tinggi)? Diabetes atau penyakit gula (gula darah tinggi) adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang perlu kamu waspadai. Adapun tanda utama dari penyakit ini adalah meningkatnya kadar gula darah (glukosa) melebihi nilai normal. Diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi. Kondisi ini pada akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh.
Penyakit diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan konsekuensi serius, menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan jaringan tubuh.

Diabetes tipe 1
jenis ini adalah penyakit autoimun, artinya sistem imun tubuh akan menyerang dirinya sendiri. Pada kondisi ini, tubuh tidak akan memproduksi insulin sama sekali.

Diabetes tipe 2
Pada jenis diabetes ini, tubuh tidak membuat cukup insulin atau sel- sel tubuh pengidap diabetes tipe 2 tidak akan merespons insulin secara normal.

Penyebab Gula Darah Tinggi (Diabetes). Kadar gula darah normal yaitu kurang dari 100 mg/dL. Apabila kadar gula darah sudah mencapai 100-125 mg/dL berarti masuk status prediabetes. Sementara itu, kadar gula darah yang mencapai 126 mg/dL ke atas sudah tergolong diabetes. Kadar gula darah tinggi dikenal sebagai hiperglikemia. Pada dasarnya hiperglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah meningkat atau berlebihan. Sementara itu diabetes merupakan penyakit yang sebagian besar dipengaruhi oleh hiperglikemia.
Penyebab gula darah tinggi dari penyakit gula terjadi akibat adanya gangguan alam tubuh. Sebab, kondisi ini membuat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa arah ke dalam sel. Alhasil, glukosa menumpuk dalam darah. Pada penyakit gula tipe 1, gangguan ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus atau bakteri berbahaya lainnya, malah menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin.
Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga gula yang seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin, menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah. Sedangkan pada penyakit gula tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal. Tetapi, insulin tidak dapat tubuh gunakan secara normal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.

Penyebab Diabetes

Faktor Risiko Gula Darah Tinggi (Diabetes). Terdapat beberapa faktor risiko penyakit gula tipe 1, antara lain: Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena berhubungan dengan gen tertentu. Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit autoimun. Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4–7 tahun, kemudian pada anak- anak usia 10–14 tahun. Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia
terlalu dini, air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan, memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning saat lahir. Sementara itu, berikut adalah beberapa faktor risiko dari penyakit gula tipe 2, antara lain:
Berat badan berlebih atau obesitas. Distribusi lemak perut yang tinggi. Gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga. Riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga. Ras kulit hitam, hispanik, Native American, dan Asia-Amerika, memiliki angka pengidap lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih. Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum usia 45 tahun. Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes. Riwayat diabetes saat hamil. Wanita dengan sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan menstruasi tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas.

Materi Sosialisasi Kesehatan di Kota Qom, Iran Tentang Hipertensi oleh dr. Muhammad Alhusseini Ba’bud, MD.

Materi Sosialisasi Kesehatan di Kota Qom, Iran Tentang Hipertensi oleh dr. Muhammad Alhusseini Ba’bud, MD.

Apa itu Hipertensi?

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika tekanan darah di atas batas normal (130/80 mmHg atau lebih). Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan. Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga kematian. Istilah tekanan darah sendiri bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama. Besarnya tekanan yang terjadi bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa intens jantung untuk bekerja. Seseorang dapat mengalami tekanan darah tinggi apabila semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan akibat sempitnya pembuluh darah pada arteri.

Hipertensi dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah. Hal ini direkomendasikan untuk dilakukan setiap tahun oleh semua orang dewasa. Pembacaan tekanan darah dilakukan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Hasil pemeriksaan akan terbagi menjadi dua nomor, yaitu: Angka pertama atau sistolik mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. Angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detaknya. Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi jika angka tekanan darah sistolik dari pengukuran selama dua kali berturut-turut memperlihatkan hasil yang lebih besar dari 140 mmHg, dan/atau angka tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih besar dari 90 mmHg.

Penyebab Hipertensi

Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Berikut penjelasan tentang penyebab hipertensi ini:
1. Hipertensi Primer – Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak dapat diidentifikasi. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun yang akhirnya semakin parah jika tidak dilakukan penanganan.
2. Hipertensi Sekunder – Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena alami kondisi kesehatan yang mendasarinya. Hipertensi jenis ini cenderung terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan hipertensi primer.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain: Obstruktif sleep apnea (OSA); Masalah ginjal; Tumor kelenjar adrenal; Masalah tiroid; Cacat bawaan di pembuluh darah; Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas; Obat-obatan terlarang; Baca lebih lanjut: Jenis-jenis Hipertensi

Faktor Risiko Hipertensi

Memang faktor risiko untuk alami hipertensi berbanding lurus dengan usia. Seseorang yang memiliki usia lebih tua memiliki kemungkinan lebih besar untuk alami hipertensi. Beberapa faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi adalah: Memiliki usia di atas 65 tahun; Sering mengonsumsi makanan tinggi garam berlebihan; Alami kelebihan berat badan atau obesitas; Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama; Kurang mengonsumsi buah dan sayuran; Tidak aktif secara fisik atau jarang berolahraga; Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung kafein; Memiliki kebiasaan merokok; Banyak mengonsumsi minuman beralkohol; Stres. Tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara; Alami kondisi kronis tertentu, seperti penyakit ginjal, diabetes, atau sleep apnea; Perlu dipahami juga terkadang kehamilan juga dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi; Selain itu, gangguan ini juga dapat terjadi pada anak-anak yang biasanya disebabkan masalah pada ginjal atau jantung. Pengaruh gaya hidup yang buruk juga semakin memperparah masalah ini. Meski demikian, kamu dapat menurunkan atau bahkan mencegah risiko terjadinya hipertensi dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan mengatur pola makan secara rutin. Pastikan untuk memenuhi asupan gizi pada tubuh agar tetap sehat, konsumsi air putih setiap hari, dan berolahraga secara teratur. Lengkapi juga dengan mengonsumsi suplemen atau vitamin untuk menjaga tubuh agar tetap sehat.

Gejala Hipertensi

Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain: Sakit kepala; Mimisan; Masalah penglihatan; Nyeri dada; Telinga berdengung; Sesak napas; dan Aritmia. Untuk hipertensi yang berat gejalanya bisa berupa: Kelelahan; Mual dan/atau muntah; Kebingungan; Merasa cemas; Nyeri pada dada; Tremor otot; dan Adanya darah dalam urine.