Kementerian Luar Negeri Indonesia dan Iran telah melakukan pertemuan Committee on Bilateral Consultation pada tanggal 5 Juli 2021 melalui platform/basis virtual. Kedua negara berupaya menggali lebih dalam banyak potensi dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan juga situasi seputar Iran terkait sanksi yang masih dikenakan pada negara tersebut. Namun, pertemuan juga bertepatan dengan seputar peringatan/perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Iran, dan fokus pada isu-isu yang dianggap layak untuk dilaksanakan secara konkret demi kepentingan kedua negara. Indonesia memandang pertemuan tersebut penting untuk memberikan kesempatan yang baik untuk membahas berbagai isu yang menjadi perhatian bersama, untuk membangun pemahaman yang lebih baik, dan untuk menemukan strategi terbaik bagi kerjasama di masa depan dengan isu-isu antara lain: kerjasama parlemen, promosi ekonomi-perdagangan, informasi, kerjasama iptek, keamanan regional dan isu/sanksi nuklir. Artikel singkat ini akan membahas secara ringan/sederhana tentang upaya, peluang, tantangan, dan prospek kedua negara. Artikel pendek ini secara terbatas membahas dua isu yang dianggap paling konkrit dan menghasilkan: kesehatan dan pemberdayaan perempuan.
foto: Instagram KBRI Tehran
Dalam sejarah lebih dari 70 tahun hubungan bilateral, Indonesia telah menjadi sahabat sejati Iran sementara Iran selalu menjadi mitra penting, tidak hanya secara bilateral tetapi juga regional dan internasional. Kedua negara telah memperoleh sejumlah capaian namun sempat terganggu oleh pandemi, meski demikian Indonesia dan Iran tetap optimis mengupayakan peningkatan hubungan bilateral.
Salah satu tantangan terbesar dalam hubungan tersebut adalah pandemi dan sanksi terhadap Iran. Karena Covid-19, sejumlah kunjungan kedua belah pihak harus diatur ulang dan diformat ulang, sehingga menyebabkan beberapa keterlambatan dalam tahap implementasi. Tetapi lebih sebagai ‘hikmah’, pandemi semakin mendorong interaksi yang lebih kuat antara kedua belah pihak: untuk menindaklanjuti percakapan telepon antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Rouhani pada April 2020, Indonesia menyambut baik potensi kerjasama dengan Iran untuk produksi bersama dan alih teknologi di bidang alat kesehatan dan produk farmasi, termasuk vaksin dan obat terapeutik untuk Covid-19. Rencana pendirian fasilitas perakitan alat hemodialisa di Indonesia juga memperkuat kepercayaan untuk kerjasama lebih lanjut dalam mencapai kemandirian nasional di industri farmasi dan medis melalui penelitian/pengembangan bersama antar institusi kesehatan. Menyusul kunjungan Menteri Pemberdayaan Perempuan Indonesia ke Tehran pada Juli 2018, kedua belah pihak kini melanjutkan dengan tindakan nyata bahwa perempuan tidak hanya sebagai ibu tetapi juga sebagai ‘pencari nafkah’.
Hubungan Indonesia-Iran prospektif dan memiliki potensi ke depan bagi lebih banyak kerjasama. Hal itu antara lain mengingat hal-hal sebagai berikut: Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Tehran pada Desember 2016 yang dilanjutkan dengan pembicaraan telepon dengan Presiden Rouhani pada April 2020, menandakan keinginan kuat kedua belah pihak untuk kerjasama di masa depan, yang konkrit tersebut di atas yaitu di masalah kesehatan dan pemberdayaan perempuan. Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi, setelah terpilih sebagai Presiden Iran berikutnya hasil pemilihan presiden 18 Juni 2021, telah menerima pesan ucapan selamat dari Presiden Joko Widodo, salah satu di antara tanda-tanda positif lainnya untuk hubungan/kerja sama bilateral lebih lanjut. Pandemi, sebagaimana disebutkan di atas, justru dapat memperkuat kerja kolaboratif yang lebih konkrit ke depan. Kerjasama bilateral RI-Iran, seperti yang diyakini pihak Iran, dapat lebih ditingkatkan/dipromosikan termasuk melalui prospek hubungan Iran-AS khususnya terkait masalah nuklir/sanksi.
*Tulisan singkat/artikel di atas adalah pandangan pribadi penulis
0 Komentar