Prof. Aqil Al Munawar: Walaupun Kita Berbeda Pola Pikir, pada Dasarnya Kita Satu

Juni 21, 2019

}

11:48

Bertempat di Plaza Wisma Duta, Amman Yordania, KBRI Amman menggelar Gala Dinner dengan mengundang para panelis dan peserta Simposium Kawasan PPI Timur Tengah dan Afrika 2019 untuk menyantap makan malam bersama, malam Jumat (20/6). Dalam sambutannya, Kepala Duta Besar Indonesia untuk Yordania merangkap Palestina, Andy Rachmianto menyampaikan rasa bangganya pada mahasiswa-mahasiswa Indonesia di luar negeri khususnya yang berada di negara-negara kawasan.

Menurutnya, pendidikan tidak hanya cukup yang didapatkan di universitas dan di bangku kuliah, namun juga mahasiswa harus memiliki kemampuan berorganisasi yang baik dan kepedulian pada isu-isu sosial dan kemanusiaan. “Keintelektualan yang matang tidak pernah cukup hanya dengan berpuas diri pada apa yang didapat di bangku perkuliahan formal namun harus diasah dengan kemampuan-kemampuan manajemen yang bisa didapatkan dalam aktivitas-aktivitas keorganisasian. Karena itu, saya mendorong mahasiswa Indonesia di Yordania untuk bisa aktif di organisasi diluar aktivitas perkuliahan. Alhamdulillah HPMI Yordania, bisa mengadakan Simposium Kawasan yang saya kira bakal memberi banyak manfaat, terutama terjalinnya hubungan yang lebih erat antar mahasiswa-mahasiswa Indonesia dari berbagai negara yang berbeda sekaligus menunjukkan peran mahasiswa yang turut menyikapi isu internasional.” Ungkapnya.

Sejalan dengan yang disampaikan Dubes Andy, Prof. Dr. Haji Said Agil Husin Al Munawar, MA yang turut hadir sebagai tamu istimewa dalam sambutannya, mengingatkan peran besar PPI dalam membentuk pola pikir mahasiswa yang lebih moderat dan lebih bisa menerima perbedaan. Mantan Menteri Agama RI tahun 2001-2004 tersebut berbagi pengalaman ketika menjabat sebagai ketua umum PPI Arab Saudi.

“Kondisi dulu ketika saya menjadi mahasiswa dan sekarang, mungkin tidak jauh berbeda. Di Saudi kita temukan teman-teman yang keras cara berpikirnya, selalu melawan dan seterusnya. Maka PPI membina mereka, kita adakan dialog, kita adakan diskusi supaya kita menyadari, bahwa walaupun kita berbeda dalam pola pikir, pada dasarnya kita satu. Karena itu kita ikat dalam wadah organisasi. Secara rutin kita kumpul, seminar, tukar pikiran dengan berbagai topik untuk menyikapi berbagai permasalahan kebangsaan yang kita hadapi.” Ungkapnya.

Alumni Doktoral Fakultas Syari’ah Unversitas Ummu AI Quro Makkah Saudi Arabia tahun 1987 tersebut lebih lanjut berkata, “Indonesia ini unik, bentangannya sangat luas, jika kita naik pesawat dari ujung Sumatera menuju ujung Papua, maka lamanya sama dengan kita naik pesawat ke Jeddah. Dan dari 18 ribu pulau yang ada itu didiami ribuan etnis dan suku dengan beragam budaya dan bahasa. Semua ini adalah kekayaan. Dan dengan keragaman itu, pasti terjadi perbedaan, dan itu sudah menjadi sunnahtullah. Di dalam Alquran sudah menyebutkan sendiri, bahwa kita berbeda dan beragam tapi sebetulnya kita satu.”

“Jangan karena perbedaan pilihan politik misalnya, antara suami dan istri ribut. Antara anak dan orangtuanya tidak akur. Dan keributan yang timbul karena persolan perbedaan itu, hanya akan merugikan kita semuanya, dan tidak akan ada selesainya, terus kapan kita akan membangun negara?”. Tambahnya.

“Kita juga berangkat dari Indonesia berbeda latar belakangnya. Ada yang dari pondok pesantren, ada yang dari sekolah umum dan seterusnya. Dan setiba disini kita juga berbeda pilihan fakultas, berbeda keilmuan, namun semua itu, meski berangkat dari yang berbeda bukan berarti kita harus berbeda seterusnya, tidak. Kita satu, kita adalah pemuda hari ini, dan pemimpin di masa depan, yang akan kembali membangun tanah air kita tercinta.” Pesannya.

Pada bagian akhir penyampaiannya, Guru Besar UIN Syarif Hidayullah tersebut memesankan, “Saya pesan, jangan merasa cukup dengan keilmuan yang didapat di kampus, cari sampai dimana saja. Alquran dan Hadis adalah sumber dari ilmu agama. Berapa banyak ilmu Alquran, berapa banyak ilmu hadis, seberapa besar luasnya, jangan batasi dan persempit dengan pikiran dan kelakuan kita yang berhenti belajar. Jika kita habiskan umur kita, kita meninggal dunia dulu, satu cabang ilmupun belum bisa kita tuntaskan. Maka jika ada yang berkata, saya baru menyelesaikan pelajaran ulumul Quran, maka itu adalah pembohong besar. Sebab tidak akan pernah selesai dipelajari. Karenanya jangan berhenti belajar.”

Turut memberikan sambutan M. Haikal Mahdi sebagai perwakilan dari panitia Simposium Kawasan 2019 yang mengucapkan terimakasih atas dukungan KBRI Amman dan semua pihak yang telah membantu terselenggaranya Simposium PPI Timur Tengah dan Afrika.

Dipenghujung gala dinner, dipersembahkan hiburan dalam bentuk pembacaan puisi, musikal drama dan live musik, diiringi rangkaian sesi foto bersama. Gala dinner bersama KBRI Amman adalah rangkaian dari acara Simposium Kawasan PPI TImur Tengah dan Afrika 2019 yang terselenggara dari 20-24 Juni di Universitas Jordan, Amman Yordania oleh HPMI Yordania sebagai tuan rumah dan penyelenggara. Hadir delegasi dari IPI Iran, PPI Tunisia, PPI Lebanon, PPMI Mesir, PPMI Arab Saudi dan PPI Sudan dalam Simposium yang menjadi agenda tahunan PPI Timur Tengah dan Afrika tersebut.

Artikel Lainnya

Komentar

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Penulis

Share artikel ini

Follow Instagram IPI IRAN

Baca Juga

[wpb-random-posts-list]