Dialog Kebangsaan
Memperingati Hari Demokrasi Internasional 2018
“MASA DEPAN DEMOKRASI INDONESIA & TANTANGAN ZAMAN”
Peringatan Hari Demokrasi Internasional
Merespons pertumbungan demokrasi di seluruh dunia, Resolusi Majelis Umum PBB No 62/7 menetapkan 15 September sebagai Hari Demokrasi Internasional menyatakan, ”Demokrasi adalah sebuah nilai universal berdasarkan keinginan rakyat yang diekspresikan secara bebas untuk menentukan sistem-sistem politik, ekonomi, sosial, dan kultural mereka sendiri serta partisipasi penuh dalam seluruh aspek kehidupan mereka.”
Demokrasi memiliki ciri-ciri umum yang dimiliki bersama, tetapi pada saat yang sama juga tidak ada satu model demokrasi ideal tertentu. Demokrasi selalu meminta diskusi kepada elemen-elemen lokal.
Resolusi PBB menegaskan kembali UN Charter yang meletakkan berbagai prinsip dan tujuan yang relevan, mengakui bahwa HAM, ketentuan hukum, dan demokrasi saling berkaitan dan sama-sama memperkuat satu sama lain. Poin penting lain, demokrasi, dan pembangunan ekonomi dan sosial seharusnya berjalan secara silmultan.
PBB mendorong pertumbuhan demokrasi, memberikan peluang lebih besar bagi terwujudnya berbagai ekspresi hak dasar manusia, terutama dalam aspirasi politik.
Menurut data UNESCO (PBB) lebih dari 2/3 negara-negara anggota PBB adalah negara demokrasi dengan berbagai variasi.
Demokrasi di Indonesia
Pasca perang dunia kedua dan perang dingin pertumbuhan demokrasi di seluruh dunia meningkat. Beberapa gelombang demokrasi sejak saat itu sambung-menyambung; menimbulkan perubahan politik dramatis dari otoritarianisme menjadi demokrasi di banyak negara. Dan, ini tidak terkecuali Indonesia, yang dengan berakhirnya kekuasaan presiden Soeharto pada Mei 1998 memunculkan reformasi di berbagai bidang dan memberi warna dan karakter arah pada demokrasi tertentu.
Sejak kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia bereksperimen dengan tiga macam demokrasi: demokrasi liberal dan terpimpin pada masa Presiden Soekarno, demokrasi Pancasila pada masa Presiden Soeharto, dan kembali ke demokrasi antara liberal dan Pancasila sejak 1999 hingga sekarang ini.
Demokrasi di Indonesia dikatakan tidak liberal setidaknya dengan argumentasi bahwa segala keputusan di Indonesia harus melalui permusyawaratan yang bersifat kekeluargaan dengan pengawasan penegakan hukum. Akan tetapi lebih dari itu demokrasi Indonesia menganut demokrasi pancasila oleh karena konstitusi dan ideologi Indonesia adalah Pancasila. Pancasila memberi warna dan kerangka dan arah perkembangan demokrasi Indonesia.
Lain teori lain praktek, dalam kenyataanya, arah perkembangan demokrasi Indonesia menuju demokrasi liberal, dengan elemen kekuatan ekonomi swasta yang memberi warna pada kebijakan negara, pada saat yang sama elemen kekuatan agama yang kurang matang bahkan cenderung tidak toleran memberi arah kepada demokrasi yang kurang sehat.
Olehkarena itu, penguatan demokrasi Pancasila menjadi penting pada saat yang sama penegakan hukum yang adil agar arah perkembangan demokrasi tidak menuju anarki dan kleptokrasi.
Demokrasi tidak bisa menjadi tujuan pada dirinya sendiri, demokrasi adalah alat agar pembangunan demokrasi simultan dengan pembagunan ekonomi, sosial dan spiritual.
Dalam rangka membaca dan mengantisipasi perkembangan demokrasi Indonesia kedepan agar tidak keluar dari rel demokrasi Pancasila, maka perlu diadakan kajian dan diskusi kontemporer. Arah gerak masa depan demokrasi Indonesia dan elemen-elemen negatif dan positif perlu diantisipasi. Zaman selalu berubah, olehkarena itu perlu mengenal tanda-tanda zaman, memberi proyeksi masa depan untuk ditarik ke masa kini agar bisa diantisipasi elemen-elemen negatifnya.
Melihat latar belakang tersebut, kami dari Indonesia discussion forum (IDF) didukung oleh pihak KBRI untuk Iran, Ikatan Pelajar Indonesia (IPI), Iran, Himpunan Pelajar Indonesia (HPI) Iran, Gudurian mengadakan diskusi dialog kebangsaan dalam rangka memperingati Hari Demokrasi Internasional 2018.
Ide
Mengadakan diskusi dalam rangka memperingati Hari Demokrasi Internasional 2018.
Tema Umum
“Masa Depan Demokrasi Indonesia dan Tantangan Zaman”
Waktu dan Tempat
Jumat 28/09/2018, University of Islamic Sects, Tehran
Jam 14.30-selesai
Tujuan Umum
Memperingati Hari Demokrasi Internasional
Tujuan Khusus dan Kerangka diskusi
- Bertukar pandangan masa depan demokrasi Indonesia dari berbagai sudut pandang
- Melihat elemen-elemen penghambat bagi demokrasi yang sehat
- Mendeteksi dan melakukan evaluasi kedewasan masyarakat dalam memahami dan menghayati makna demokrasi, agama, budaya dan politik
- Melakukan kajian data-data kontemporer indikasi tindak intoleransi dan hubunganya dengan perkembangan demokrasi pancasila
- Melihat dinamika perkembangan demokrasi dan pembangunan
- Melakukan kajian dari prespektif agama, sejarah, budaya, dan politik masa depan demokrasi Indonesia
Acara
Sambutan Duta Besar RI untuk Iran & Turkmanistan
Octavinmo Alimudin
Duta Besar RI untuk Iran dan Turkmenistan
Tema, “Masa Depan Demokrasi Indonesia Secara Umum”
Prof. Syafaatun Almirzanah, Ph. D, D. MIN, (Lutheran School of Theology at Chicago)
Tema, “ Masa Depan Demokrasi Indonesia, Hambatan dan Tantangan Menuju Masyarakat Spiritual”
Priadji Soeiliaman (Diplomat, Politik) KBRI RI untuk Tehran
Tema, “Masa Depan Demokrasi Indonesia dari Aspek Politik”
Ismail Amien, Ikatan Pelajar Indonesia (IPI), Iran
Tema, “ Masa Depan Demokrasi Indonesia dari Aspek Historis”
Purkon Hidayat (Kordinator Gusdurian Iran)
Tema, “ Masa Depan Demokrasi Indonesia dan Tantangan Intoleransi”
Delegasi HP, Himpunan Pelajar Indonesia (HPI), Iran
Tema, “ Masa Depan Demokrasi Indonesia Prespektif Alquran”
Kiki Mikael , Ph.D Candidate Bahesti University, Tehran,
Tema, “Masa Depan Demokrasi Indonesia dan Peran Pesantren”
Muhammad Ma’ruf, Ph.D Candidate Mustofa International University, Tehran,
Tema, “Masa Depan Demokrasi Indonesia, Sebuah Refleksi filosofis”
Supported by
KBRI Tehran
Ikatan Pelajar Indonesia( IPI) Iran
Himpunan Pelajar Indonesia (HPI) Iran
Gusdurian
0 Comments