Quds Day, Hari Menyerukan Pembelaan pada Palestina

Juni 10, 2018

}

07:15

Sejak tahun 1948 bangsa Palestina mengalami penjajahan rezim Zionis. 15 Mei 1948 Israel dideklarasikan sebagai sebuah negara, yang mengawali terusirnya rakyat Palestina dari tanah air mereka. Berdirinya Israel diperingati rakyat Palestina sebagai hari duka, mereka menyebutnya hari Nakbah (hari kehancuran). Kedukaan rakyat Palestina tersebut adalah juga kedukaan bagi seluruh umat manusia yang mencintai kemerdekaan dan kebebasan.

 

Nasib Palestina bukan hanya urusan umat Islam, namun urusan seluruh umat manusia yang masih memiliki hati nurani dan kemanusiaan. Tidak sedikit umat Islam bersikap arogan mengenai Palestina, seolah-olah Palestina hanya milik umat Islam, seolah-olah hanya umat Islam yang membela dan mendukung perjuangan rakyat Palestina terbebas dari penjajahan Zionis. Tidak sedikit kelompok-kelompok Yahudi yang anti Zionis dan menyebut berdirinya Israel sebagai negara adalah bid’ah dalam agama Yahudi, belum lagi dari Kristiani. Yang pertama bereaksi keras dengan aksi demonstrasi mengutuk pidato pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibukota Israel justru aktivis-aktivis Amerika Serikat sendiri, yang didominasi Kristiani dan aktivis gereja.

Mengapa Palestina harus dibela? bukan semata karena disanalah tanah suci dan kiblat pertama umat Islam berada, melainkan karena disana telah terjadi penjajahan dan penjarahan selama puluhan tahun. Palestina adalah negara merdeka yang berdaulat, dan punya wilayah teritorial yang diakui resmi dunia. Namun segerombolan Yahudi datang di wilayah Palestina datang dan membuat koloni. Dengan dukungan Inggris, Yahudi mendirikan negara di atas wilayah Palestina dengan nama Israel tahun 1948. Negara yang pertama mengakui kedaulatan Israel adalah Amerika Serikat. Oleh karena itu, ketika menyatakan diri mendukung kemerdekaan Palestina, mengutuk dan menjadikan Amerika Serikat dan Inggris sebagai musuh menjadi sebuah keniscayaan.

Disaat semua negara-negara lain didunia telah merdeka, Palestina tetap berada dalam penjajahan dan ketertindasan yang berlarut-larut. Solusi dua negara yang ditawarkan PBB, bahwa Israel dan Palestina menjadi dua negara yang berdampingan secara damai, terang ditolak mentah-mentah rakyat Palestina. Israel bangsa pendatang, yang datang menjajah dan mendirikan negara diatas negara yang berdaulat dan merdeka, yaitu di Palestina. Bagi rakyat Palestina, hanya satu solusi: Israel harus bubar, apapun taruhannya. Imam Khomeini menyebut, Israel harus terhapus dari peta dunia.

Mengakui kedaulatan Israel, sama saja mengakui penjajahan atas Palestina. Itulah mengapa Indonesia menolak mengakui kedaulatan Israel, sebab sama dengan menghantam prinsip bangsa Indonesia sendiri yang menentang adanya penjajahan di muka bumi. Keterlibatan Indonesia di PBB dan kesediaan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB menunjukkan itikad kuat pemerintah untuk ikut serta menciptakan perdamaian dunia sebagaimana yang diamanahkan Pembukaan UUD NRI 1945.

Palestina harus dibela, bukan semata karena di Palestina ada Alquds yang merupakan kiblat pertama umat Islam, melainkan karena di Palestina terjadi penjajahan dan perampasan hak-hak kemanusiaan. Salah satu yang membela Palestina, adalah Iran, yang dengan itu benar-benar menunjukkan keseriusannya. Iran sampai konsisten tidak mau mengakui Israel sebagai negara, termasuk enggan punya hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan Inggris yang disebut Iran punya andil besar dalam berdirinya Israel. Kengototannya membela Palestina dan menolak Israel, membuat Iran diboikot, diembargo dan dikucilkan di panggung internasional.

Asal tahu saja, setiap tahunnya Iran mengadakan konferensi internasional bela Palestina, termasuk menetapkan Jumat terakhir di bulan Ramadhan sebagai hari Alquds, yaitu hari turun ke jalan menyuarakan dukungan untuk Palestina dan berteriak kencang mengutuk Israel, Amerika Serikat dan Inggris. Hanya berselang beberapa bulan dari hari kemenangan revolusi Islam di Iran, Imam Khomeini bapak pendiri Republik Islam Iran pada pidatonya yang bersejarah 13 Ramadhan 1399 H bertepatan 7 Agustus 1979 menyerukan agar umat Islam menjadikan Jumat terakhir dibulan Ramadhan sebagai hari Alquds, yaitu hari solidaritas internasional umat Islam dalam membela dan mendukung hak-hak legal bangsa Palestina untuk terbebas dari penjajahan rezim Zionis.

Sejak diserukan Imam Khomeini, Quds Day setiap tahunnya diperingati rakyat Iran dengan melakukan pawai akbar. Tidak tanggung-tanggung, dalam aksi tersebut yang hadir sampai jutaan orang. Setiap menjelang Quds Day, ulama-ulama Iran, termasuk Presiden Iran menyerukan secara serentak kepada semua lapisan masyarakat Iran disemua kota-kota besar Iran untuk mengadakan aksi turun ke jalan menjelang salat Jumat untuk meramaikan hari Alquds Internasional. Saat ini Quds Day bukan hanya milik rakyat Iran, umat Islam di banyak negara juga turut meramaikannya, termasuk di Indonesia. Bahkan Quds Day juga diikuti komunitas-komunitas lintas agama.

Apa manfaatnya? apa pengaruhnya? tidak sedikit kekuasaan digdaya runtuh hanya lewat aksi massa di jalan-jalan. Jangan pungkiri, kediktatoran Marcos di Filipina, Soeharto di Indonesia, dan Husni Mubarak di Mesir itu tumbang karena teriakan-teriakan massa. Meski hanya modal teriakan mengutuk Zionisme dan membela Palestina lewat aksi bersama turun ke jalan, itu sudah menjadi hujjah dihadapan Allah swt, bahwa kita punya keberpihakan dan kepedulian.

Ismail Amin
Kepala Dep. Kajian Strategis dan Intelektual IPI Iran 2018-2019

Artikel Lainnya

Komentar

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Penulis

Share artikel ini

Follow Instagram IPI IRAN

Baca Juga

[wpb-random-posts-list]